Kamis, 17 Maret 2011

Abu Nawas: Mengecoh Gajah

Abu Nawas: Mengecoh Gajah
Abu Nawas sedang berjalan-jalan santai. Ada kerumunan masa. Abu Nawas bertanya kepada seorang kawan yang kebetulan berjumpa di tengah jalan.
Ada kerumunan apa di sana?” tanya Abu Nawas
“Pertunjukkan keliling yang melibatkan gajah ajaib.”
“Apa maksudmu dengan gajah ajaib?” kata Abu Nawas ingin tahu.
Gajah yang bisa mengerti bahasa manusia, dan yang lebih menakjubkan adalah gajah itu hanya mau tunduk kepada pemiliknya saja.” kata kawan Abu Nawas menambahkan.
Abu Nawas semakin tertarik. Ia tidak tahan untuk menyaksikan kecerdikan dan keajaiban binatang raksasa itu.
Kini Abu Nawas sudah berada di tengah kerumunan para penonton. Karena begitu banyak penonton yang menyaksikan pertunjukan itu, sang pemilik gajah dengan bangga menawarkan hadiah yang cukup besar bagi siapa saja yang sanggup membuat gajah itu menganggguk-angguk.
Tidak heran bila banyak diantara para penonton mencoba maju satu persatu. Mereka berupaya dengan beragam cara untuk membuat gajah itu mengangguk-angguk, tetapi sia-sia. Gajah itu tetap menggeleng-gelengkan kepala.
Melihat kegigihan gajah itu Abu Nawas semakin penasaran. Hingga ia maju untuk mencoba. Setelah berhadapan dengan binatang itu Abu Nawas bertanya,
“Tahukah engkau siapa aku?” Gajah itu menggeleng.
“Apakah engkau tidak takut kepadaku?” tanya Abu Nawas lagi. Namun gajah tetap menggeleng.
“Apakah engkau takut kepada tuanmu?” tanya Abu Nawas memancing. Gajah itu mulai ragu.
“Bila engkau tetap diam maka akan aku laporkan kepada tuanmu.” lanjut Abu Nawas mulai mengancam. Akhirnya gajah itu terpaksa mengangguk-angguk.
Atas keberhasilan Abu Nawas membuat gajah itu mengangguk-angguk maka ia mendapat hadiah berupa uang yang banyak. Bukan main marah pemilik gajah itu hingga ia memukuli binatang yang malang itu. Pemilik gajah itu malu bukan kepalang. Hari berikutnya ia ingin menebus kekalahannya. Kali ini ia melatih gajahnya mengangguk-angguk.
Bahkan ia mengancam akan menghukum berat gajahnya bila sampai bisa dipancing penonton menggeleng-geleng terutama oleh Abu Nawas. Tak peduli apapun pertanyaan yang diajukan.
Saat-saat yang dinantikan tiba. Kini para penonton yang ingin mencoba, harus sanggup membuat gajah itu menggeleng-gelengkan kepala. Maka seperti hari sebelumnya, banyak para penonton tidak sanggup memaksa gajah itu menggeleng-gelengkan kepala. Setelah tidak ada lagi yang ingin mencobanya, Abu Nawas maju. Ia mengulang pertanyaan yang sama.
“Tahukah engkau siapa daku?” gajah itu mengangguk.
“Apakah engkau tidak takut kepadaku?” gajah itu tetap mengangguk.
“Apakah engkau tidak takut kepada tuanmu?” pancing Abu Nawas. Gajah itu tetap mengangguk karena binatang itu lebih takut terhadap ancaman tuannya daripada Abu Nawas.
Akhirnya Abu Nawas mengeluarkan bungkusan kecil berisi balsam panas.
“Tahukah engkau apa guna balsam ini?” gajah itu tetap mengangguk.
“Baiklah, bolehkah kugosok selangkangmu dengan balsam?” gajah itu mengangguk.
Lalu Abu Nawas menggosok selangkang binatang itu. Tentu saja gajah itu merasa agak kepanasan dan mulai panik.
Kemudian Abu Nawas mengeluarkan bungkusan yang cukup besar. Bungkusan itu juga berisi balsam.
“Maukah engkau bila balsam ini kuhabiskan untuk menggosok selangkangmu?” Abu Nawas mulai mengancam. Gajah itu mulai ketakutan. Dan rupanya ia lupa ancaman tuannya sehingga ia terpaksa menggeleng-gelengkan kepala sambil mundur beberapa langkah.
Abu Nawas dengan kecerdikan dan akalnya yang licin mampu memenangkan sayembara meruntuhkan kegigihan gajah yang dianggap cerdik.
Ah, jangankan seekor gajah, manusia paling pandai saja bisa dikecoh Abu Nawas.
Source: Buku “Kumpulan Kisah Abu Nawas”

Siapa Abu Nawas

Siapa Abu Nawas

Abu Nawas merupakan sosok yang piawai dalam mengatasi berbagai persoalan rumit dengan style yang humor.
Ada yang meyakini bahwa dari kesederhanaannya, ia adalah seorang guru Sufi namun ia tetap dekat dengan rakyat jelata dan bahkan selalu membela rakyat yang lemah.
Memang sih seharusnya postingan "Siapa Abu Nawas" ini menjadi postingan awal Blog ini, namun tak ada salahnya di posting di tengah-tengah.

Siapa sebenarnya Abu Nawas.
Abu Nawas memang pernah hidup di dunia ini, namun entahlah kalau style humor dan cerita kecerdikan yang Beliau lakukan.
Hingga saat ini Kisah Abu Nawas memang tak ada matinya.
Banyak penulis yang menceritakan dongeng baru mengenai Abu Nawas secara Islami.

Yang jelas, kita ambil segala sesuatu yang baik untuk kita jadikan teladan dan yang buruk kita buang jauh-jauh tentang cerita Abu Nawas ini.
Abu Nawas ini adalah orang Persia yang dilahirkan pada tahun 750 Masehi di Ahwaz.
Beliau meninggal dunia pada tahun 819 Masehi di kita Baghdad.
Setelah dewas ia belajar ilmu agama, bahasa Arab dan bergaul dengan orang Badui padang pasir.

Karena pergaulannya itu, ia pandai berbahasa Arab dan adat istiadat serta kegemaran orang Arab.
Ia juga pandai bersyair, berpantun dan menyanyi.
Ia sempat pulang ke negerinya, namun pergi lagi ke Baghdad bersama Ayahandanya dan keduanya menghambakan diri kepada Sultan Harun Al Rasyid, Raja Baghdad pada saat itu.

Bapaknya Abu Nawas, bernama Maulana, bekerja di kerajaan Baghdad sebagai Kadi.
Kadi Maulana panggilan ayahandanya.
Memang kedua tokoh ini tak bisa dipisahkan karena selalu saja menarik untuk disimak kisah-kisah nya yang menghibur hati.

Itulah sekelumit tentang siapa Abunawas sebenarnya.
Tentang cerita, kisah, dongeng yang terbaca disini bukanlah kisah yang sebenarnya, walaupun mungkin ada yang mirip dengan kejadian yang asli dialami oleh Abu Nawas sendiri.
Mari kita ambil hikmahnya saja sob akan lebih baik untuk kita semua daripada mencari kambing hitam.
Maaf untuk semua bilaman ada kesalahan.

Wallohu A'lam...